Penerapan Metode Role Playing pada Materi Zakat
Fitrah
di UPT Satuan Pendidikan SDN Keroncong Mas Permai
Kota Tanggerang
Oleh:
Mohammad Aminulloh, S.Pd.I
(Guru PAI dan BP SDN Keroncong Mas Permai Tangerang)
Penelitian
ini dilatarbelakangi dengan metode pembelajaran pada mata pelajaran Pendidikan
Agama Islam (PAI) masih didominasi dengan ceramah. Hal ini berdampak terhadap prestasi belajar
siswa. Hasil observasi yang dilakukan pada siswa kelas V SDN Keroncong Mas Permai, diketahui jika hasil
prestasi belajar siswa masih rendah khususnya pada materi zakat fitrah. Hal ini
disebabkan karena siswa belum memahami penjelasan yang diberikan oleh guru.
Guna meningkatkan pengetahuan
siswa maka diperlukan strategi pengembangan
yakni pendekatan metode Role Playing. Harapannya pengembangan metode ini dapat meningkatkan
hasil prestasi belajar siswa pada mata pelajaran PAI materi ketentuan zakat
fitrah.
Pada saat ini banyak mata pembelajaran PAI yang masih
dipandang sebelah mata dan masih banyak juga siswa yang merasa kesulitan
khususnya pada materi – materi tertentu misal pada penghitungan ketentuan zakat
fitrah. Apalagi
pendidikan dijenjang SD, siswa masih menyukai konsep belajar sambil bermain.
Oleh karena itu, konsep dan prinsip dasar materi harus dikemas semenarik
mungkin agar siswa bisa lebih mudah dalam memahami materi yang disampaikan oleh
guru. Masalah tersebut bisa disebabkan oleh faktor internal dan eksternal
siswa. Solusi yang bisa ditawarkan yakni dengan menggunakan pendekatan yang
lainnya yang lebih efektif.
Permasalahan
dalam pembelajaran materi Zakat Fitrah Kelas V
SD adalah siswa kurang berminat untuk mengikuti karena siswa merasa bosan. Hal ini disebabkan karena guru
hanya membacakan dan memperlihatkan gambar yang ada pada materi akat fitrah.
Oleh
karena itu diperlukan solusi untuk mengembangkan metode pembelajaran
dikelas. Banyak hasil penelitian mengangkat
terkait dengan pembelajaran kooperatif
yang menggunakan Metode Role Playing ini merupakan metode yang dapat menjadikan siswa
banyak beraktivitas dalam pembelajaran dan dapat menciptakan suasana yang
menyenangkan dan merupakan suatu bentuk motivator sehingga siswa lebih antusias
dalam mengikuti pelajaran, sehingga hasil belajar meningkat. Semua aspek tersebut dikolaborasikan secara
maksimal sehingga diharapkan siswa dapat lebih cepat meningkatkan pemahamannya.
Metode ini memberikan kelebihan yakni kegiatan pembelajaran lebih menarik,
sesuai dengan gaya belajar jenjang SD, siswa lebih aktif.
Uno (2012) menuliskan bahwa model pembelajaran bermain
peran atau Role Playing ini dipelopori oleh George Shaftel yang memiliki asumsi
bahwa dengan bermain peran siswa akan mendapatkan dorongan untuk mengekspresikan
perasaan serta mengarahkan pada kesadaran melalui keterlibatan spontan yang
disertai analisis pada situasi permasalahan
kehidupan nyata.
Berikut ini adalah langkah-langkah penerapan model
pembelajaran role playing menurut Uno, (2012) :
- Persiapan atau pemanasan
- Memilih pemain /pemeran drama
- Mendekorasi panggung (ruang kelas)
- Menunjuk siswa menjadi pengamat
(observer )
- Memainkan peran
- Diskusi dan evaluasi
- Bermain peran ulang
- Diskusi dan evaluasi
- Berbagi pengalaman dan menyimpulkan
Model role playing dipandang dapat
memfasilitasi peserta didik untuk dapat belajar matematika secara aktif, maka
melalui pembelajaran role playing peserta didik dapat mengembangkan
keterampilannya dalam hal mengamati, menarik kesimpulan, menerapkan dan mengkomunikasikan.
Penelitian ini didukung oleh Indah Surya Putri dkk bahwa model role playing
dapat meningkatkan hasil belajar, mempengaruhi dan mengubah cara pembelajaran
siswa. Oleh karena model role playing cocok digunakan dalam pembelajaran
tematik terpadu dan dapat melatih kemampuan berbicara anak di depan umum.
Hal ini menunjang pencapaian hasil
pembelajaran. Sehingga dilaksanakan penelitian dengan tujuan mengetahui
efektivitas model pembelajaran role playing terhadap hasil belajar matematika
siswa. Selain itu, penelitian ini juga memberikan alternatif inovasi.
Pendidikan Agama Islam bukan hanya
tentang upaya dalam memanusiakan manusia tetapi sebagai upaya membina mental,
melahirkan generasi solihan, membina umat dan budaya-budaya, serta
memberlakukan prinsip-prinsip kemuliaan (Abdullah Nashih Ulwan 1995:12). Menurut
Muhammad Athiyah Al-Abrasyi beliau berpendapat bahwa pendidikan Islam (Al
Tarbiyah Al Islamiyah) adalah usaha untuk menyiapkan manusia agar hidup
sempurna dan bahagia, baik budi pekerti, tertaut pikirannya, mahir dalam
pekerjaan, mencitai tanah airnya, lemah lembut perasaannya, dan manis tutur
katanya baik di lisan maupun tulisan (Hermawan 2012).
Salah satu metode yang digunakan oleh penulis
sebagai guru Pendidikan Agama Islam terhadap siswa/i tingkat Menengah Kejurusan
adalah metode pembelajaran Bermain Peran. Motode pembelajaran bermain peran
adalah cara penguasaan materi pelajaran dengan mengembangkan imajinasi dan
penghayatan siswa. Menurut Djamarah (2010) metode bermain peran (role playing)
dapat disamakan dengan sosiodrama, yang mendramatisasikan tingkah laku
hubungannya dengan masalah sosial (Tarigan 2017).
Bermain peran menjadi salah satu metode belajar yang dapat digunakan secara efektif. Dalam hal ini, bermain peran ditujukan untuk pemecahan masalah-masalah yang berkaitan dengan hubungan antar manusia, terutama yang berkaitan dengan kehidupan siswa. Dalam proses pembelajarannya, bermain peran atau biasa kita sebut drama/dramatisasi ini dilakukan oleh kelompok siswa yang sistem pelaksanaannya diarahkan oleh guru untuk melakukan kegiatan yang sudah ditentukan/direncanakan sebelumnya. Metode bermain peran ini lebih menargetkan tujuan siswa/i mengingat atau menciptakan kembali ingatan atau gambaran masa lampau yang mungkin akan terjadi di masa yang akan datang atau peristiwa yang benar-benar terjadi dan bermakna di dalam kehidupan seseorang. (Halifah 2020)
Hasil Pembahasan
Untuk
membangkitkan semangat belajar siswa, pada salah satu pertemuan penulis mencoba
menggunakan metode pembelajaran yang jarang sekali digunakan pada mata
pelajaran PAI, yaitu metode bermain peran. Metode bermain peran ini menekankan
kepada imajinasi, penghayatan dan pemahaman siswa terkait materi Bab V yaitu “tentang akat
Fitrah” Agar
pembelajaran dengan metode ini berjalan dengan lancar, maka para siswa terlebih
dahulu diberikan arahan atau petunjuk bagaimana prosedur yang akan dilakukan.
Pembelajaran dilakukan secara berkelompok dan penentuan topik dirundingkan oleh
guru dan siswa. Penggunaan metode belajar bermain peran ini dilakukan atau
dilaksanakan secara langsung di dalam kelas. Proses pembelajaran dengan
menggunakan metode bermain peran (Role Playing), merupakan pembelajaran yang
dapat mengambil berbagai macam masalah sosial dalam bentuk memainkan peran, hal
ini akan memberikan pengalaman belajar yang baru bagi siswa. Dalam
metode bermain peran, siswa diberikan kesempatan untuk secara aktif dilibatkan selama proses pembelajaran hal ini memberi dampak baik yaitu siswa akan lebih memahami dan mengingat materi dalam jangka waktu yang panjang (Simatupang 2011).
Kesimpulan
Guru mengajak para siswa
berbagi pengalaman berdasarkan judul-judul tema yang telah diperankan oleh
mereka dan dilanjutkan dengan membuat kesimpulan (Tarigan 2017).
Ada beberapa siswa yang menceritakan bahwa mereka pernah
mengalami kejadian seperti bertemu dengan orang yang mengantarkan zakat fitrah
ke masjid menjelang akhir Ramadhan dan
guru bertanya apa yang hendaknya kita lakukan jika bertemu dengan orang yang
tersebut, dan ada beberapa siswa yang menjawab.
Tanya
jawab yang singkat terkait kejadian yang dialami langsung akan membantu siswa
untuk berpikir dan menyadari bahwa hal tersebut termasuk perilaku yang tidak
baik. Setelah pelaksanaan proses belajar mengajar dengan menggunakan metode
bermain peran, penulis dapat menyimpulkan bahwa metode ini tidak hanya dapat
digunakan pada mata pelajaran umum seperti bahasa Indonesia, Bahasa Inggris,
Ilmu Pendidikan Sosial, dsb, tetapi metode ini juga bisa digunakan pada mata
pelajaran Pendidikan Agama Islam terlebih pada materi yang banyak membahas
perilaku di kehidupan sehari-hari seperti materi kelas 5 yang
membahas tentang “Zakat Fitrah”. (Mirdiyanto 2015)
Segala sesuatu memiliki kelebihan dan
kekurangannya tersendiri, sama seperti halnya metode bermain peran ini.
Walaupun dapat meningkatkan semangat belajar siswa, masih ada beberapa
kekurangannya.
Berikut kelebihan dan kekurangan yang penulis temukan selama menggunakan metode bermain peran, yaitu: a. Kelebihan metode bermain peran 1) Metode bermain peran dapat menarik siswa dan memungkinkan kelas menjadi lebih antusias 2) Memberikan kesan yang kuat dan dapat bertahan lama dalam ingatan siswa sehingga materi tidak mudah lupa. 3) Membantu siswa mengembangkan keterampilan berbicara. 4) Memberikan pengalaman baru dan menyenangkan bagi siswa karena mereka dapat berkreasi dalam memainkan peran. 5) Menumbuhkan semangat belajar siswa.
PENUTUP
Metode bermain peran adalah metode pembelajaran yang
menggunakan imajinasi siswa sebagai Dari hasil penelitian yang sudah
dilakukan, penulis simpulkan bahwa metode bermain peran ini tidak hanya dapat
digunakan pada mata pelajaran Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, ataupun Ilmu
Pengetahuan Sosial (Husada, Asri Untari, dan Nashir Tsalatsa 2019) tetapi
metode ini juga dapat digunakan pada mata pelajaran Pendidikan Agma Islam.
Metode ini juga berhasil meningkatkan semangat belajar siswa, karena kebanyakan
dari siswa merasa suntuk atau bosan jika menggunakan metode pembelajaran
konvensional seperti metode ceramah yang cenderung harus banyak mendengarkan.
Dan dengan menggunakan metode bermain peran ini siswa dapat menghasilkan nilai atau hasil belajar yang baik. Secara langsung, metode bermain peran ini melibatkan siswa dan membuat siswa menjadi antusias mengikuti pembelajaran. Materi yang diberikan lewat permainan peran dan pembelajaran yang fleksibel membuat siswa nyaman mengikuti pembelajaran dengan baik. (Santosa 2018).*
*Substansi tulisan atau artikel sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis
Baca Dan Lihat Juga Artikel Yang Berkaitan Dengan :
Posting Komentar